Minggu, 11 Mei 2014

Makalah Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Anak dan Remaja


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religious. Adapula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan jiwa keagamaan pada anak.
B.     Rumusan Masalah
A.    Apa saja Teori tentang Sumber Kejiwaan Agama ?
B.     Bagaimana Timbulnya Jiwa Keagamaan pada Anak ?
C.     Bagaimana Perkembangan Agama pada Anak-anak ?
D.    Apa saja sifat-sifat Agama pada Anak-anak ?















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya. Berdasarkan hasil riset dan observasi mereka mengambil kesimpulan bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencita dan dicintai Tuhan.
Berdasarkan kesimpulan di atas manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai Zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atua masyarakat manusia dari yang paling primitive hingga yang paling modern.
Pernyataan yang timbul adalah : apakah yang menjadi sumber pokok yang mendasarkan timbulnya keinginan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan itu? Atau dengan kata lain “Apakah yang menjadi sumber kejiwaan agama  itu”?
Untuk memberikan jawab itu telah timbul beberapa teori antara lain :
1.      Teori Monistik : (Mono=Satu)
Teori monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksud yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu timbul beberapa pendapat, yaitu yang dikemukakan oleh :
a.       Thomas Van Aquino
Sesuai dengan masanya Thomas Aquino mengemukakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, ialah berpikir. Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berpikir manusi itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapat tempatnya hingga sekarang di mana para ahli mendewakan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.

b.      Fredrick Hegel
Hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Van Aquino, maka filosof Jerman ini berpendapatk agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.





2.      Teori Fakulti (Faculty Theory)
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak bersumber pada suatu faktor  yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsure, antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah : fungsi cipta (reason), rasa (emotion) dan karsa (will).
Demikian pula perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut :
1.      Cipta (reason) berperanan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang.
2.      Rasa(emotion) menimbulkansikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
3.      Karsa (will) menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
Salah satu tokoh yang menggunakan teori ini adalah Zakiah Daradjat.
Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, bahwa selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan.
Unsur-unsur kebutuhan yang dikemukakan yaitu :
1.      Kebutuhan akan rasa kasih sayang; kebutuhan yang menyebabkan manusia mendambakan rasa kasiha. Sebagai pernyataan tersebut dalam bentuk negatifnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : mengeluh, mengadu, menjilat kepada atasan mengambinghitamkan orang dan lain sebagainya.
Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka akan timbul gejala psiko-somatis misalnya ; hilang nafsu makan, pesimis, keras kepala, kurang tidur dan lain-lain.
2.      Kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan yang mendorong manusi mengharapkan adanya perlindungan. Kehilangan rasa aman ini akan mengakibatkan manusia sering curiga, nakal, mengganggu, membela diri, mengguakan jimat-jimat dan lain-lain. Kenyataan dalam kehidupan ialah adanya kecenderungan manusia mencari perlindungan dari kemungkitan gangguan terhadap dirinya, misalnya: system perdukunan, pertapaan dan lain-lain.
3.      Kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan yang bersifat individual yang mendoron manusia agar dirinya dihormati dan diakui oleh orang lain. Dalam kenyataan terlihat mislnya; sikap sombong, ngambek, sifat sok tahu dan lain-lain. Kehilangan rasa harga diri ini akan mengakibatkan tekanan batin, misalnya sakit jiwa: delusi dan illusi.
4.      Kebutuhan akan rasa bebas: kebutuhan yang menyebabkan seseorang bertindak secara bebas, untuk mencapai kondisi dan situasi rasa lega.
5.      Kebutuhan akan rasa sukses: kebutuhan manusia yang menyebabkan ia mendambakan rasa keinginan untuk dibina dalam bentuk penghargaan terhadap hasil karyanya. Jika kebutuhan akan rasa sukses ini ditekan, maka seseorang yang mengalami hal tersebut akan kehilangan harga dirinya.
6.      Kebutuhan akan rasa ingin tahu (mengenal); kebutuhan yang menyebabkan manusia selalu meneliti dan menyelidiki sesuatu. Jika kebutuhan ini diabaikan akan mengakibatkan tekanan batin, oleh karena itu kebutuhan ini harus disalurkan untuk memenuhi pemuasan pembinaan pribadinya.

Menurut Dr. Zakiah Darajat selanjutnya gabungan dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama. Melalui agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan. Dengan melaksanakan ajaran agama secara baik maka kebutuhan akan rasa kasih saying, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses dan rasa ingin tahu akan terpenuhi.
B.     TIMBULNYA JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu :
1). Prinsip Biologis
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata lain ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
2). Prinsip tanpa daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.
3).Prinsip Eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya
Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan  melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.

Timbulnya Agama Pada Anak
Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religious. Adapula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan.
Masalah tersebut marilah kita kemukakan beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak itu antara lain :
1.      Rasa ketergantungan (Sense of Depende)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan yaitu : keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new experience), keinginan untuk mendapat tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.      Instink Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink keagamaan. Belum terlihat tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Misalnya instink social pada anak sebagai potensi bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru berfungsi setgelah naka dapat bergaul dan berkembang untuk berkomunikasi. Jadi instink social itu tergantung dari kematangan fungsi lainnya. Demikian pula instink keagamaan.
C.    PERKEMBANGAN AGAMA PADA ANAK-ANAK
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of Religios on Children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan yaitu :
1.      The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkata ini dimulai pada anak yang berusia 3 – 6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini akan menghayati konsep ke Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi  kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.
2.      The Realistic Stage (Tingkatan Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini die ke Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul  melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak di dasarkan  atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdarkan hak itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga keagamaan  yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan mempelajarinya dengan penuh minat.
3.      The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini akan telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu :
a.       Konsep ke Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh luas.
b.      Konsep ke Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan)
c.       Konsep Ke Tuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh factor intern yaitu perkembangan usia dan factor ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya.
D.    SIFAT-SIFAT AGAMA PADA ANAK-ANAK
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan cirri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outhority, ide keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh factor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat, mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu  yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dan para orang tua maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut. Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas :
1.      Unreflective ( Tiak mendalam)
Dalam penelitian Machion tentang jumlah konsep ke Tuhanan pada diri anak 73 % mereka menganggap Tuhan itu bersifat seperti manusia. Dalam suatu sekolah bahkan ada siswa yang mengatakan bahwa Santa Klaus memotong jenggotnya untuk membuat bantal. Dengan demikian anggapan mereka terhadap ajara agama dapat saja mereka terima dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian pada beberapa orang anak terdapat mereka yang memiliki ketajaman pikiran  untuk menimbang pendapat yang mereka terima dari orang lain.
Penelitian Praff mengemukakan dua contoh tentang hal itu :
a.       Suatu peristiwa seorang anak mendapat keterangan  dari ayahnya bahwa Tuhan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya. Kebetulan seorang anak lalu di depan sebuah toko mainan. Sang anak tertarik pada sebuah topi berbentuk kerucut. Sekembalinya ke rumah ia langsung berdoa kepada Tuhan untuk apa yang diingininya itu. Karena hal itu diketahui oleh ibunya, maka itu ditegur. Ibunya berkata bahwa dalam berdoa tak boleh seseorang memaksakan Tuhan untuk mengabulkan barang yang diinginkannya itu. Mendengar hal tersebut anak tadi langsung mengemukakan pertanyaan : “ Mengapa “?
b.      Seorang anak perempuan diberitahukan tentang doa yang dapat menggerakan sebuah gunung. Berdasarkan pengetahuan tersebut maka pada suatu kesempatan anak itu berdoa selama beberapa jam agar Tuhan memindahkan gunung-gunung yang ada di daerah Washington ke laut. Karena keinginannya itu tidak terwujud maka semenjak itu ia tak mau berdoa lagi.
Dua contoh  diaatas menunjukkan bahwa anak itu sudah menunjukkan pemikiran yang kritis, walaupun bersifat sederhana, menurut penelitian pikiran kritis baru timbul pada usia 12 tahun sejalan dengan pertumbuhan moral. Di usia tersebut, bahkan anak kurang cerdas pun menunjukkan  pemikiran yang korektif. Di sini menunjukkan bahwa anak meragukan kebenaran ajaran agama pada aspek-aspek yang bersifat kongkret.
2.      Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran akan diri itu mulai subur pada diri anak, maka tumbuh keraguan pada rasa egonya. Semakin bertumbuh semakin meningkat pula egoisnya. Sehubungan dengan hal itu maka dalam masalah keagamaan anak telah menonjolkan kepentingan dirinya dan telah menuntut konsep keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya. Seorang anak yang kurang mendapat kasih sayang dan selalu mengalami tekanan akan bersifat kekanak-kanakan (childish) dan memiliki sifat ego yang rendah. Hal yang demikian menganggu pertumbuhan keagamaannya.
3.      Anthromorphis
Pada umumnya konsep mengenai ke Tuhanan pada anak berasal dari hasil pengalamannya ke kala ia berhubungan dengan orang lain. Tapi suatu kenyataan bahwa konsep ke Tuhanan mereka tampak jelas menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan.
Melalui konsep yang berbentuk dalam pikiran mereka menganggap bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia. Pekerjaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat di saat orang itu berada dalam tempat yang gelap.
Surge terletak di langit dan untuk tempat orang yang baik. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagai layaknya orang mengintai. Pada anak yang berusia 6 tahun menurut penelitian Praff, pandangan anak tentang Tuhan adalah sebagai berikut :
Tuhan  mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar dan besar. Tuhan tidak makan tetapi hanya minum embun.
Konsep ke Tuhanan yang demikian itu mereka bentuk sendiri berdasarkan fantasi masing-masing.
4.      Verbalis dan Ritualis
Dari kenyataan yang kita alami ternyata kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghapal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntutan yang diajarkan kepada mereka. Sepintas lalu hal tersebut kurang ada hubungannya dengan perkembangan agama pada anak di masa selanjutnya tetapi menurut penyelidikan hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia dewasanya. Bukti menunjukkan bahwa banyak orang dewasa yang taat karena pengaruh ajaran dan praktek keagamaan yang dilaksanakan pada masa anak-anak mereka. Sebaliknya belajar agama di usia dewasa banyak mengalami kesuburan. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktek) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu cirri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak.
5.      Imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan sholat misalnya mereka laksanakan karena hasil melihat perbuatan di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang intensif. Pada ahli jiwa menganggap, bahwa dalam segala hal anak merupakan peniru yang ulung. Sifat peniru ini merupakan modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak.
Menurut penelitian Gillesphy dan Young terhadap sejumlah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi menunjukkan, bahwa anak yang tidak mendapat pendidikan agama dalam keluarga tidak akan dapat diharapkan menjadi pemilik kematangan agama yang kekal.
Walaupun anak mendapat ajaran agama tidak semata-mata berdasarkan yang mereka memperoleh sejak kecil  namun pendidikan keagamaan (religious paedagogis) sangat mempengaruhi terwujudnya tingkah laku keagamaan (religious behavior) melalui sifat meniru itu.

6.      Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan  yang terakhir pada anak.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Sesuai dengan cirri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outhority, ide keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh factor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat, mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu  yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dan para orang tua maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran. Banyak teori yang mengemukakan perkembangan agama pada anak atau remaja. Namun, sejatinya sama tujuannya yaitu untuk mendapatkan kebenaran agama yang hakiki.












Daftar Pustaka

Jalaludin.1998.Psikologi Agama.Jakarta:Grafindo Persada

Rabu, 01 Agustus 2012

Makalah Islam dan Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
     Pendidikan yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang adalah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan kepentingan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda ra pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasululloh SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Alloh SWT.
            Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasullloh SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas  mengenai al-qur’an dan lingkungan, karena al-qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sebenarnya lingkungan dan bagaimana kondisinya pada saat ini?
2.      Bagaimana pandangan Al-Qur’an yang berkaitan dengan lingkungan?  





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Kondisi Lingkungan Pada Masa Ini
Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaiakan suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bisa dikatakan telah menyebar di berbagai belahan dunia. Khususnya Indonesia yang memiliki potensi alam yang sangat melimpah. Dengan potensi alam yang sedemikian melimpahnya telah membuat orang-orang berusaha untuk mengolah secara maksimal. Bahkan potensi alam tersebut dapat menarik masuk investor-investor asing untuk berbisnis di negeri ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang kita akui dapat membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain keadaan ini dapat membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk kepentingan pribadi. Inilah yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang bergerak disektor pengolahan lingkungan yang tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Mungkin saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia kepada problem kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri (self-interest), kebebasan (fredom), dan kompetisi tak bermoral, rezim kapitalisme telah berhasil mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa batas.[1] Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi perdagangan telah disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya peningkatan kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan pengolahan sumber daya alam tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan. Tentunya keruskan itu kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah manusia.
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian besar adalah hasil  perbuatan manusia. Karena manusialah yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan diperparah lagi dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai dan laut beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana karena ulah masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya[2], seperti bencana banjir bandang, tanah longsor, kekringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar dari persoalan ini malah mengeluarkan kebijakan yang aneh.[3] Padahal dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan dan cara memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas saat ini telah meninggalkan agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah mayoritas muslim saat ini telah menjadi orang-orang yang hedonis dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah kita bersama sebagai umat Islam.
Mungkin selama ini manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang dimulyakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang amanah dan tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam memang menjdai suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT , tersirat dalam kalamnya :


“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam , Kami angkut mereka di daratn dan di alautan, Kami beri merka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan “ (Q.SS Al-Isra’ (17);(70)
Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa terebut menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti inilah yang sekarang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak berbuat kerusakan. Seharunya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman Allah SWT :
 
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56 )
Seharusnya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal mengolah lingkungan. Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya dengan sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan

A.      Pandangan Al-Qur’an yang Berkaitan Dengan Lingkungan
Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.

b.1   Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya
Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta yang indah ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan salah satu bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah menciptakan hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke Maha Kuasaan-Nya dan Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah secara serasi dan teratur.[1] Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
 
 
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu terjadilah ia. Firman-Nya itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuan-Nya.” (QS. Al-An’am : 73)

Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif, melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi[1] atau pancaran dari dunia lain yang kongkrit yang disebut dunia ideal.
 
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. As-Shadd : 27)

Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran materialism. Aliran materialism memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan aliran materialism adalah ada dengan sendirinya.[1] Sedangkan menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan oleh Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya.

 
 
 
“Katakanlah : “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa.  (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 10-12)
Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu, tidak sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang menciptakan, menguasai , mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir keadaan semseta ini.
b.2   Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di bumi, beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu terbatas. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 36
 
 
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
“...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”
Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu amanah. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan.
Dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia telah diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.
 
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S. Al-Baqarah :29
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menganugrahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada Allah penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya di atas adalah untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang ada di alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam merupakan upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berksinambungan. Sebaliknya, membuat keruskan di muka bumi,akan mengakibatkan timbulnya bencana terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Firman Allah :
 
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas :77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya bencana, yang kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.   
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di bumi merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil dan terpelihara. Allah telah memberian karunia yang besar kepada semua mahluk dengan menciptakn gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang dengan baik. Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS. Luqman : 10
 
“Dia meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung  (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima[1]. Rasululloh mencadangkan hima semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Qur’an yang membahas perintah menjaga lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan merenungkan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran umat Islam dalam beragama  khusunya tentang perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber daya alam yang ada dengan bijak.
b.3   Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi telah menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengolahan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering berakhir dengan bencana.
Dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat 41. Sesungguhnya Allah telah menetapkan dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap syariat. Manusia hanya bisa menguras dan menggali isi bumi saja tanpa memperhatikan dampaknya. Maka terjadilah bencana dan kerusakan di atas muka bumi. Padahal semua itu, menurut Yang Maha Kuasa, adalah akibat dari tangan-tangan manusia itu sendiri:
 
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, ini disebabkan manusia mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan tuntunan Allah. Sebagaimana dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT :

 
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah diperintahkan Allah itu  , niscaya akn terjadi ke kekacuan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. Q.S Al-Anfal 73
Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai orang-orang munafik atau fasik, sesuai dengan Firman Allah :
 
 
 “Dan bila dikatakan kepada mereka “ Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya kami orang yang mengdakan perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah 11-12
Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan menganggap dirinya yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan kebenaran merka tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini terbukti dengan kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor pengolahan alam dari tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan lingkungan.[1] Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 6-7 :
 
 
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)
“Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan merekaditutup. Dan bagi merka siksa yang amat berat”. (Ayat 7)
Sesungguhnya Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi ini. Seperti yang terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:

......... Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan memperbaikinya” Q.S Al-A’raf:85
Kerusakan yang terjadi selama ini tidak lain karena  manusia telah diperbudak oleh sistem yang kapital dan juga tumbuhnya sifat materalistik hedonistik, sehingga berusaha sebisa mungkin mengeksploitsi alam secara maksimal dengan tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena manusia terlalu berorientasi pada keuntungan semata. Dalam ayat lain, Allah memberi tuntunan agar manusia tidak menuruti orang yang membuat kerusakan.
 
 
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S. Asy-Syu’ara 151-152).
Sebagai motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat kerusakan.
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada taranya bagi kita yang senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta tidak selalu membuat kerusakan.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa Alloh menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang pentingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas  sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia yang dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :
 
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun”. (Q.S Ar-Rum 30:29)
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya dukung lingkungan,pemborosan, menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup dan seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu  mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan. Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat kebenaran menurut hawa nafsu.
A.    Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam mengolah lingkungan. Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia menjadi lebih bijak dalam mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya diharapkan apabila dalam kegiatan pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman pembangunan berwawasan lingkungan maupun spirit pembangunan berkelanjutan.
Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia mau kembali kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga nantinya akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam mengelola lingkungannnya. Sangat jelas dalam Al-Qur’an terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang membahasprosedur pengolahan alam yang bijak,perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi,dll.
Sungguh beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Qur’an. Kitab suci ini begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang pengolahan alam. Kami percaya jika umat Islam mau kembali kepada agamanya dengan  membuka, memahami apa yang ada di Al-Qur’an pasti kehidupa di muka bumi ini akan lebih teratur dan tertata dengan baik.



Daftar Pustaka

Bidhawy,  Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Magelang : Resist Book
Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press
Prasetyo, Eko. 2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.Yogyakarta : Resist              Book
Situs :
KBBI dalam Jaringan








[1] Kekebalan industri ini nampak dari bagaimana ketidakmampuan pemerintah menuntut tanggung jawab apapun jika terjadi kerusakan lingkungan. Mustahil perusahaan raksasa mendapat tuntutan atas kerusakan ekologis yang diakibatkan operasinya. Malahan mereka (baca : pemerintah ) menyokong secara maksimal semua operasi bisnis yang membahayakan lingkungan dengan berbagai dalih. Lih, Eko Prasetyo, Minggir! Saatnya Gerakan Muda Memimpin!, Hal. 77


[1]  Hima’ adalah suatu kawasan yang khusus dilindungi oleh pemerintah (Imam Negara atau Khalifah) atas dasar syariat guna melestarikan kehidupan liar serta hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah sebagai Hima’ guna melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Lih Fachrudin, Konservasi Alam dalam Islam, Hal 53






[1] Emanasi menurut KBBI dalam jaringan adalah sesuatu yg memancar (mengalir); pancaran; 2 Fis hasil   pancaran berupa gas yg timbul pd disintegrasi unsur radioaktif.


[1] Lih Adnan Harahap, Islam dan Lingkungan , Hal 63


[1] Lih Islam Melawan Kapitalisme,Baidhawy Zakiyuddin, Hal. 249
[2]  Menurut catatan International Forest Advisor, Bumi Lancang Kuning (Riau) adalah pemegang rekor dunia dalam kecepatan kerusakan hutan. Setiap tahun, tak kurang dari 200 ribu hektare hutan dibabat maling kayu. Hanya dalam sebelas  tahun(1994-2005) 3juta hektare atau sekitar 46 kali luasjakarta amblas. Lih, Eko Prasetyo, Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!, Ok. Cip. Hal 79
[3] ......Kebijakan pemerintah tentang perpanjangan masa konsensi untuk pengusaha HTI (Hutan Tanaman Industri) dan HPTI (Hak Penguasaan Hutan Tanaman Industri) yang dikeluarkan pertengahan Juni 1997 memperpanjang masa konsensi HTI dari  yang semula 35 tahun menjadi 75 tahun....artinya selama satu generasi uur manusia, jutaan hektar hutan akan dikuasai oleh pemodal.... Ibid, Ok. Cip. Hal. 79